Minggu, 30 Januari 2011

DERIVASI DAN INFLEKSI KATA BAHASA JERMAN

Asri Bariqoh
10745006

Abstrak
Katamba (1993: 66-67), berpendapat bahwa kaidah morfologi disebut produktif, jika kaidah tersebut dapat digunakan secara bebas untuk membentuk kata baru dari sederetan morfem bebas maupun morfem terikat. Clark (dalam Putrayasa, 2008:1) bahwa jika imbuhan-imbuhan tersebut ditambahkan pada morfem lain, akan mengubah makna atau fungsi gramatikal suatu kata. Penggabungan kata dasar dengan imbuhan dapat menimbulkan bentuk derivasional dan infleksional. Analisis morfem bahasa Jerman sangat penting dikarenakannbanyak sekali buku-buku sastra, ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih berbahasa Jerman. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat mendeskripsikan proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses morfemis yang terjadi pada bahasa Jerman.
C.A Mess (dalam Putrayasa, 2008:95-98) menggolongkan kata menjadi sepuluh bagian, yaitu: a) kata benda,b) kata keadaan,c) kata ganti, d) kata kerja,e) kata bilangan, f) kata sandang, g) kata depan, h) kata keterangan, dan h) kata sambung.
Selanjutnya untuk mengetahui bentukan kata dalam bahasa Jerman, maka perlu dilakukan proses morfemis, yaitu melalui derivasi kata dan infleksi kata. Derivasi adalah merupakan proses morfemis yang karena afiksasi menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan. Kemudian Verhaar (2008:143) menambahkan bahwa dua kata dengan kata dasar sama termasuk kelas kata yang sama, tetapi berbeda maknanya, maka kedua kata itu juga termasuk derivasi karena berbeda secara leksikal. Sedangkan infleksi adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbetuknya berbagai bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut tetap dalam kelas kata yang sama.

Kata kunci: kata dan kelas kata, derivasi, afiks, komposisi, reduplikasi, nonsegmental, infleksi, konjugasi, dan deklinasi.

1. PENDAHULUAN
Masyarakat yang sedang berkembang di segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya, biasanya diikuti dengan perkembangan bahasanya. Hal ini menunjukkan bahwa makin maju suatu bangsa, makin berkembang pula bahasanya (Badudu dalam Putrayasa, 2008:1). Agar dapat mengetahui produktivitas bahasa yang dipakai, maka perlu diketahui kata-kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Ilmu yang mempelajari kata-kata tersebut adalah morfologi.
Morfologi adalah bagian dari linguistik yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Selanjutnya Verhaar (2008:97) menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Satuan gramatikal tersebut dinamai morfem. Morfem dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas. Bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya. Misalnya adalah morfem hak yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat Itu hak saya. Sedangkan terikat secara morfemis artinya morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat dileburkan pada morfem yang lain. Misalnya afiks ber- dalam kata berhak.
Katamba (1993: 66-67), berpendapat bahwa kaidah morfologi disebut produktif, jika kaidah tersebut dapat digunakan secara bebas untuk membentuk kata baru dari sederetan morfem bebas maupun morfem terikat. Semakin aplikatif suatu proses, maka semakin ia produktif, misalnya, dalam bahasa Inggris sufiks “able” merupakan morfem yang dapat diimbuhkan pada verba apapun untuk membentuk ajektiva, dengan arti kurang lebih ”able to be” seperti pada accept+able, blam(e)+able, adapt+able, dan lain sebagainya.
Penambahan ”able” pada kata-kata tersebut disebut dengan proses morfemis. Kata kerja dalam bahasa Inggris tersebut menghasilkan kelas kata baru. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Clark (dalam Putrayasa, 2008:1) bahwa jika imbuhan-imbuhan tersebut ditambahkan pada morfem lain, akan mengubah makna atau fungsi gramatikal suatu kata. Penggabungan kata dasar dengan imbuhan dapat menimbulkan bentuk derivasional dan infleksional. Derivasional bersifat mengubah kelas kata, sedangkan infleksional bersifat tidak mengubah kelas kata.
Sehubungan dengan hal tersebut maka makalah ini akan menganalisis tentang derivasi dan infleksi bahasa Jerman. Ini dikarenakan bahasa Jerman merupakan bahasa asing kedua setelah bahasa Inggris, di mana banyak sekali buku-buku sastra, ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih berbahasa Jerman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui makna kata bahasa Jerman, makalah ini akan menganalisis tentang proses derivasi kata dan proses derivasi dan infleksi kata yang terjadi bersamaan pada pembentukan kata-kata di salah satu berita dengan judul ”Haftbedingungen” yang ada dalam berita online www.deutsche_welle.de.
Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat mendeskripsikan proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses morfemis yang terjadi pada bahasa Jerman.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kata dan Kelas Kata
C.A Mess (dalam Putrayasa, 2008:95-98) menggolongkan kata menjadi sepuluh bagian, yaitu:
a. Kata benda atau substanvium, yaitu kata yang menyebut nama substansi atau perwujudan. Kata benda ini dapat dibedakan menjadi dua, yaituckata benda yang bersifat konkret dan kata benda yang bersifat abstrak.
b. Kata keadaan atau adjectivum, yang memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi predikatif, 2) fungsi atributif, dan 3) funngsi substantif.
c. Kata ganti atau pronomina, yaitu kata yang menunjuk, menyatakan, atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namnaya. Yang termasuk pronomina yaitu: 1) kata ganti persona, 2) kata ganti diri, 3) kata ganti penunjuk, 4) kata ganti relatif, 5) kata ganti penanya, dan 6) kata ganti tak tentu.
d. Kata kerja atau verbum, yang dibagi menjadi dua, yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.
e. Kata bilangan atau numeri, yaitu kategori kata yang dapat mendampingi nomina.
f. Kata sandang atau articulus, yaitu kata yang mendampingi nomina, nomina deverbal, dan verba pasif (Kridalaksana dalam Putrayasa, 2008:82).
g. Kata depan atau praepositio, yaitu kata yang pada umumnya dipakai untuk menjelaskan pertalian kata.
f. Kata keterangan atau adverbium, yaitu kata yang menerangkan kata kerja dalam segala fungsinya, kata keadaan dengan segala fungsinya, kata keterangan, kata keterangan, predikat kalimat, dan menegaskan subjek dan predikat kalimat.
g. Kata sambung atau conjunctio, yaitu kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat.
h. Kata seru atau interjectio, yaitu kata tugas yang menunjukkan rasa hati si pembicara. Hal ini bisa berupa bunyi panggilan, bunyi yang memperingatkan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan berbagai rasa heran. Menurut bentuknya, interjeksi dapat berupa bentuk dasar dan berupa bentuk turunan (Alwi dalam Putrayasa, 2008:81).

2.2 Derivasi
Derivasi adalah merupakan proses morfemis yang karena afiksasi menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut berubah kelas katanya dari kata dasarnya. Lyons (dalam Putrayasa, 2008:103) menyatakan bahwa derivasi adalah proses pembentukan kata-kata baru dari kata-kata yang sudah ada (akar atau kata asal), ajektiva dari nomina (ajektiva denomina), nomina dari verba (nomina deverba), ajektiva dari verba (ajektiva deverba), dan sebagainya. Selanjutnya Verhaar (2008:143) menambahkan bahwa dua kata dengan kata dasar sama termasuk kelas kata yang sama, tetapi berbeda maknanya, maka kedua kata itu juga termasuk derivasi karena berbeda secara leksikal.
Selain melalui afiksasi, ada tiga proses morfologis lain, yaitu reduplikasi, komposisi dan proses derivasi secara nonsegmental.

2.2.1 Afiks
Trawiński (2010:10) dalam bukunya Einführung in die slawische Sprachwissenschaft Morphologie membagi proses afiksasi dalam derivasi kata bahasa Jerman menjadi enam, yaitu:
1.Präfigierung atau prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Yang termasuk prefiks dalam bahasa Jerman adalah ”be”, ”ent”, ”ver”, ”un”. Pembentukan derivasi katanya adalah= afiks + kata dasar.
Misalnya: ent + gehen = entgehen
ent + pergi = melarikan diri (berubah maknanya)
2.Suffigierung atau sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar. Yang termasuk sufiks adalah ”heit”, ”ung”, ”bar”, dan ”sam”. Pembentukan derivasi katanya adalah= kata dasar + afiks.
Misalnya: schӧn + heit = Schӧnheit
cantik + heit = kecantikan (nomina deajektiva)
3.Postfigierung atau infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Misalnya: coś + zeg = czegoś
4.Zirkumfigierung atau sirkumfiks atau konfiks, yaitu afiks yang tersdiri dari dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar. Yang termasuk konfiks adalah ”ge - e” dan ”be - t”. Pembentukan derivasi katanya adalah= afiks 1 + kata dasar + afiks 2.
Misalnya: be + reif + t = bereift
be + matang + t = membekukan (berubah maknanya dan menjadi verba deajektiva)
5. Desuffigierung yaitu derivasi kata yang berasal dari kata dasarnya. Pembentukan derivasi katanya adalah= kata dasar – afiks.
Misalnya: tanzen – afiks (-en) = Tanz
menari – afiks (-en) = Tarian (nomina deverba)
6. Konversion atau konversi, yaitu perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pembentukan derivasi katanya sama dengan bentuk kata dasarnya.
Misalnya: essen = Essen
makan = makanan (nomina deverba)
± Perlu diketahui bahwa kata dasar verba dalam bahasa Jerman selalu ditambahkan dengan sufiks –en (infinitif).

2.2.2 Reduplikasi
Reduplikasi berarti pengembaran. Pengembaran dalam hal ini adalah mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Dalam bahasa Indonesia bentuk reduplikasi banyak ditemui, seperti misalnya meja-meja, pemuda-pemuda, dan kemungkinan-kemungkinan. Namun dalam bahasa Indo-Eropa tidak banyak ditemukan , walaupun dalam bahasa Inggris ada goody-goody, pretty-pretty dan lain sebagainya (Verhaar, 2008:152).
Reduplikasi dapat dibedakan menjadi reduplikasi ”penuh” seperti dalam meja-meja, atau reduplikasi ”parsial”, seperti dalam lelaki, pepatah (Verhaar, 2008:152).

2.2.3 Komposisi
Komposisi menurut Verhaar (2008:154) adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang dinamakan kata majemuk. Dalam bahasa Jerman pembentukan kata majemuk berasal dari gabungan kata dasar atau juga dari kata dasar + interfik (fugen) yang biasanya berupa penambahan huruf (-s) + kata dasar. Selanjutnya Verhaar (2008:156) menyebutkan bahwa bahasa-bahasa German di Eropa Barat memiliki potensi yang hampir tak terbatas untuk komposisi.
Misalnya: Liebeslied yang terbentuk dari kata nomina Liebe + fugen (-s) + kata nomina Lied.
Nyanyian cinta yang terbentuk dari kata nomina cinta + tambahan (-s) + kata nomina nyanyian.

2.2.4 Derivasi Nonsegmental
Derivasi nonsegmental adalah proses morfemis di mana terjadi perubahan vokal umlaut atau ablaut, dan atas dasar morfologis, berupa modifikasi vokal (Verhaar, 2008:150). Misalnya: Buch (buku) menjadi Büchlein (buku kecil). Derivasi yang bersufiks (-lein) menghasilkan kata “diminutif”. /u/ dalam Buch diumlautkan menjadi /ü/ . Pendek kata umlaut terjadi secara paradigmatis dalam jamak Bücher (buku-buku).

2.3 Infleksi
Clark (dalam Putrayasa, 2008:113) menyatakan bahwa infleksional adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbetuknya berbagai bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut tetap dalam kelas kata yang sama. Jadi tidak terjadi perubahan kelas kata. Pada umumnya dalam bahasa-bahasa di dunia, seluruh morfologi infleksional dihabiskan oleh apa yang disebut dengan konjugasi dan deklinasi (Verharr, 2008:121).
Konjugasi menurut Verharr (2008:121) adalah alternasi infleksional pada verba, dan deklinasi adalah alternasi infleksional pada nomina dan pada kelas-kelas kata yang dapat disebut “nominal”, seperti “pronomina” dan ”ajektiva”.
Konjugasi bahasa Jerman hampir sama dengan bahasa Inggris, karena dalam http://www.amorphe-welt.de/ldv/hpsg/hpsg_praes.pdf ditulis bahwa konjugasi dalam bahasa Jerman juga dibagi menjadi dua, yaitu kata kerja beraturan dan kata kerja tidak beraturan. Yang dikatakan konjugasi adalah kata kerja yang mengungkapkan waktu, pengandaian, orang, dan jumlah. Jadi dalam bahasa Jerman semua kata kerja harus dikonjugasikan atau dipenggal-penggal berdasarkan pelaku atau subjek (Surastya, 2006:11).
Misalnya: kata dasar geh = geh-e (bentuk pertama tunggal)
= geh-st (bentuk kedua tunggal)
Kemudian untuk bentuk präteritum (lampau) dari geh terjadi secara nonsegmental, karena kata dasar geh termasuk kata dasar tidak beraturan.
Misalnya: kata dasar geh= geh-e saya pergi (bentuk pertama tunggal präsen)
= ging-e saya (dulu pernah) pergi (bentuk pertama tunggal präteritum).
Sedangkan dalam www.webwoerter.pdf Nomina, Artikeln und Adjektiven nennt man Deklination (drückt Kasus, Numerus, Genus aus) yang dimaksud deklinasi dalam bahasa Jerman adalah nomina, artikel dan ajektif (mengungkapkan kasus, jumlah, dan jenis). Misal berdasarkan kasus, adalah:
Mann = laki-laki (subjek tunggal nominatif)
Mann-es = milik laki-laki (bentuk tunggal kasus jenitif)
Männ-er = laki-laki jamak (bentuk kasus jamak, vokal pada kata dasar menjadi berumlaut). Tetapi tidak semua kata jamak dalam bahasa Jerman ditambahkan dengan umlaut.
Misal artikel dan ajektif berdasarkan jenis kata tunggal dalam Verharr (2008:140):
maskulin feminin neutrum
gut= gut-er Mann gut-e Frau gut-es Kind nominatif
gut-en Mann gut-e Frau gut-es Kind akusatif
gut-em Mann(e) gut-er Frau gut-em Kind (e) datif
gut-en Mannes gut-er Frau gut-en Kindes jenitif
”laki-laki baik” ”perempuan baik” ”anak baik”

II. METODE PENELITIAN
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Berdasarkan atas penegrtian tersebut, maka makalah ini menggunakann metode kualitatif karena data yang diperoleh berupa data deskriptif dan memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai derivasi kata dan infleksi kata pada bahasa Jerman.
Data yang digunakan adalah data tertulis berupa berita yang diambil dari halaman online berbahasa Jerman www.deutsche_welle.de dengan judul ”Haftbedingungen”.

IV ANALISIS DAN PENBAHASAN
4.1 Berita tentang ”Haftbedingungen”
”Haftbedingungen”

Die Haftbedingungen können ganz verschieden sein. Zu der verschärften Variante zählen die Einzelhaft oder die Haft im Hochsicherheitstrakt. In Staaten, die es mit den Menschenrechten nicht so genau nehmen, herrschen meist unmenschliche Haftbedingungen – wie im Mittelalter, wo es noch die Kerkerhaft gab.
Nicht selten kommt es in Haftanstalten zu Häftlingsrevolten, etwa weil die Gefängnisse überbelegt sind oder die Gefangenen sich schlecht behandelt fühlen. Bei guter Führung allerdings können die Inhaftierten mit Hafterleichterungen rechnen. Einem Hafturlaub zum Beispiel. Dieser kann eine mitunter riskante Angelegenheit sein, denn wer kommt schon gerne aus dem Urlaub zurück. Der ein oder andere nutzt die Gelegenheit, um zu türmen, auszureißen.
4.2 Analisis dan Pembahasan Derivasi dan Infleksi dalam Artikel Berita”Haftbedingungen”.
Kata yang akan dianalisis proses morfemisnya pada artikel berita ”Haftbedingungen” adalah kata yang di dalamnya terjadi proses derivasi dan proses infleksi sekaligus. Hal ini dikarenakan hampir semua kata dalam bahasa Jerman mengalami proses infleksi.

Haftbedingungen= infleksi
Haftbedingung -en
(komposisi) (infleksi sufiks bentuk jamak)
Haft Bedingung
(kata dasar) (kata dasar)
Kata Haftbedingungen terdiri dari Haftbedingung dan sufiks (-en) yang menunjukkan infleksional kata jamak. Selanjutnya kata Haftbedingung adalah komposisi, karena berdasarkan analisis morfemis kata tersebut terdiri dari dua kata dasar, yaitu kata Haft (tahanan) dan Bedingung (masa).
Jadi pada kata Haftbedingungen terjadi proses infleksi dan komposisi.
Selanjutnyan adalah kata Einzelhaft,




Einzelhaft= komposisi
Einzel Haft
(kata dasar nomina) (kata dasar nomina)
Kata Einzelhaft adalah merupakan komposisi karena terdiri dari dua kata dasar Einzel (tunggal) dan Haft (tahanan). Jadi pada kata Einzelhaft hanya terjadi proses komposisi yang bersifat derivasional, tetapi tidak terjadi proses infleksi.
Kata Hochsicherheitstrakt,

Hochsicherheitstrakt= komposisi
Hochsicherheit Trakt
(derivasi) -s (kata dasar nomina)
hoch Sicherheit (fugen/interfiks)
(kata dasar sifat) (derivasi)
sicher -heit
(kata dasar sifat) (sufiks)
Kata Hochsicherheitstrakt termasuk komposisi karena terdiri dari dua kata benda atau nomina, yaitu kata Hochsicherheit (tingkat keselamatan) dan Trakt (bagian), di mana ditandai dengan tambahan huruf –s pada tengah kata tersebut. Selanjutnya kata Hochsicherheit adalah merupakan derivasi kata dari kata sifat hoch (tinggi/tingkat) dan kata benda atau nomina Sicherheit (keselamatan). Kata Sicherheit sendiri adalah merupakan derivasi dari kata sifat sicher (selamat) dan sufiks –heit.
Jadi pada kata Hochsicherheitstrakt terjadi proses derivasi kata dengan proses komposisi dan penambahan afiks.
Kata Menschenrechten,
Menschenrechten= infleksional
Menschenrechte -n
(infleksional) (sufiks sebagai deklinasi datif)
Menschenrecht -e
(komposisi) (sufiks sebagai deklinasi jamak)
Menschen Recht
(kata dasar nomina) (derivasi/desuffigierung)

recht
(kata sifat)
Kata Menschenrechten adalah bentuk infleksional dari kata Menschenrechte. Mendapat tambahan –n di akhir karena kasus datif (karena ada preposisi mit). Kemudian kata Menschenrechte sendiri masih termasuk infleksional kata karena jamak dari kata Menschenrecht. Kata Menschenrecht terdiri dari dua kata benda atau nomina, yaitu kata Menschen (Manusia) dan Recht (hak/keadilan). Dan akhirnya kata Recht sendiri mengalami proses derivasi kata yang berasal dari kata dasarnya (konversi).Pembentukan derivasi katanya sama dengan bentuk kata dasarnya.
Jadi pada proses morfemis kata Menschenrechten terjadi proses infleksi kata dan derivasi kata dengan penambahan afiks dan komposisi.
Kata unmenschliche,
unmenschliche=infleksi
unmenschlich -e
(derivasi) (sufiks deklinasi karena akkusatif jamak)
un- menschlich
(prefiks) (derivasi)
Mensch -lich
(kata dasar nomina) (sufiks)
Kata unmenschlich mengalami infleksi dengan penambahan -e di akhir kata karena menjadi ajektif deklinasi akibat kata jamak Bedingungen yang mengalami kasus akusatif. Selanjutnya kata unmenschlich sendiri adalah derivasi kata dari kata menschlich yang mendapat prefiks –un yang mengubah makna (secara manusiawi menjadi tidak secara manusiawi). Kemudian kata sifat menschlich sendiri adalah merupakan ajektif denomina (derivasi) dari kata benda atau nomina Mensch (manusia) setelah mendapat sufiks –lich.
Pada kata unmenschliche terjadi proses pembentukan kata secara infleksional dan derivasi kata dengan penambahan afiks.
Selanjutnya kata Mittelalter,
Mittelalter= komposisi
mittel Alter
(kata dasar) (kata dasar nomina)
Kata Mittelalter adalah merupakan komposisi dari kata dasar mittel (tengah) dan kata dasar benda atau nomina Alter (umur).
Jadi pada pembentukan kata Mittelalter hanya terjadi proses derivasi, yaitu dengan cara komposisi kata sifat dan kata nomina.
Kata Kerkerhaft,
Kerkerhaft= komposisi
Kerker Haft
(kata dasar nomina) (kata dasar nomina)
Kata Kerkerhaft adalah komposisi dari kata dasar benda atau nomina Kerker (penjara) dan Haft (tahanan).
Jadi pembentukan kata Kerkerhaft mengalami proses komposisi dari dua kata nomina saja.
Kata Haftanstalten,
Haftanstalten= infleksi
Haftanstalt -en
(komposisi) (sufiks deklinasi jamak)
Haft Anstalt
(kata dasar nomina) (kata dasar nomina)
Kata Haftanstalten adalah merupakan infleksi kata dari Haftanstalt yang mendapat sufiks –en sebagai bentuk jamaknya. Selanjutnya Haftanstalt adalah komposisi dari kata dasar nomina Haft (tahanan) dan kata benda atau nomina jamak dari Anstalt (lembaga).
Jadi pada pembentukan kata Haftanstalten terjadi proses infleksi kata jamak dan proses derivasi komposisi dua kata nomina.
Kemudian kata Gefängnisse,
Gefängnisse= infleksi
Gefängnis -se
(derivasi) (sufiks deklinasi kasus jamak)
ge- fang -nis
(kata dasar verba)

(konfiks)
Kata Gefängnisse adalah infleksi dari kata Gefängnis yang mendapat penambahan sufiks se di belakangnya karena jamak. Sedangkan kata Gefängnis sendiri adalah merupakan derivasi kata verba dasar fang (-en) yang berarti menangkap, yang mendapat konfiks ge – nis.
Jadi pada pembentukan kata Gefängnisse terjadi proses infleksi kata jamak dan derivasi kata dengan penambahan afiks.
Kata Gefangenen,
Gefangenen= infleksi
Gefangene -n
(derivasi) (sufiks deklinasi jamak)
ge- -e
fangen
(kata dasar verba)

(konfiks)
Kata Gefangenen mengalami infleksi dengan penambahan sufiks –n di akhir kata sebagai bentuk plural dari kata Gefangene. Selanjutnya kata Gefangene sendiri adalah merupakan derivasi dari kata fangen yang mengalami proses penambahan konfiks ge-e.
Jadi pada pembentukan kata Gefangene terjadi proses infleksi dan derivasi dengan penambahan afiks.
Kata überbelegt,
überbelegt= komposisi
über belegt
(kata dasar) (derivasi)
be- leg -t
(kata dasar)

(konfiks)
Kata überbelegt adalah komposisi dari preposisi über (tentang/di atas) dan kata verba belegt berkonfiks be-t, yang memiliki kata dasar leg (en) yang berarti bersandar.
Jadi kata überbelegt mengalami proses derivasi dengan cara komposisi dan penambahan afiks.
Pada kata Inhaftierten,
Inhaftierten= derivasi
Inhaftier ten
(derivasi) (sufiks)
Inhaft -ier
(komposisi) (sufiks)
in Haft
(kata dasar preposisi) (kata dasar Nomina)
Kata Inhaftierten adalah merupakan derivasi dari kata verba inhaftier yang mendapat sufiks –ten. Selanjutnya kata verba inhaftier sendiri adalah merupakan hasil derivasi dari kata Inhaft dan sufiks –ier. Dan pada akhirnya kata Inhaft adalah merupakan komposisi dari preposisi in (dalam) dan kata nomina Haft (tahanan).
Jadi setelah dianalisis ternyata pembentukan kata Inhaftierten mengalami proses derivasi dengan penambahan afiks dan komposisi.
Selanjutnya kata Hafterleichterungen,
Hafterleichterungen= infleksi
Hafterleichterung -en
(derivasi) (sufiks deklinasi jamak)
Haft Erleichterung
(kata dasar nomina) (derivasi)
erleichter -ung
(derivasi) (sufiks)
er- -er
leich
(kata dasar sifat)

(konfiks)
Kata Erleichterungen adalah kata yang dibentuk setelah mengalami proses infleksi deklinasi jamak dengan penambahan sufiks –en. Sedangkan kata Erleichterung sendiri dibentuk dari derivasi kata verba erleichter (-n) yang mengalami penambahan sufiks –ung. Dan akhirnya kata erleichter sendiri adalah derivasi dari kata sifat leicht (ringan) yang mendapat konfiks er-er.
Jadi kata Erleichterungen terbentuk setelah mengalami proses infleksi dan derivasi dengan penambahan afiks.
Selanjutnya kata Hafturlaub,
Hafturlaub= komposisi
Haft Urlaub
(kata dasar nomina) (kata dasar nomina)
Pada pembentukan kata Hafturlaub hanya mengalami komposisi kata dari dua kata dasar nomina. Jadi dalam proses pembentukannya tidak terjadi proses infleksi kata.
Selanjutnya kata mitunter,
mitunter= komposisi
mit unter
(kata dasar preposisi) (kata dasar preposisi)
Jadi pada kata mitunter hanya terjadi komposisi dari dua kata dasar yang berfungsi sebagai preposisi.
Selanjutnya kata Angelegenheit,
Angelegenheit= derivasi
angelegen -heit
(derivasi) (sufiks)
an gelegen
(prefiks) (derivasi)
ge- legen
(prefiks) (infleksi)
leg -en
(kata dasar verba) (sufiks konjugasi)
Kata Angelegenheit adalah bentuk derivasi dari kata verba präteritum angelegen yang mendapat sufiks –heit. Selanjutnya kata angelegen adalah derivasi kata dari verba gelegen yang mendapat prefiks ge-. Dan kata verba gelegen adalah derivasi dari kata legen yang mendapat prefiks ge-. Kemudian kata verba legen sendiri mengalami proses infleksi dari kata dasar leg yang mendapat sufiks –en.
Jadi pembentukan kata Angelegenheit terjadi karena proses derivasi penambahan afiks dan juga infleksi.
Selanjutnya kata Gelegenheit,


Gelegenheit= derivasi
gelegen -heit
(derivasi) (sufiks)
ge- legen
(prefiks) (infleksi kata dasar verba)
leg -en
(kata dasar verba) (sufiks konjugasi)
Kata Gelegenheit adalah merupakan derivasi dari kata verba gelegen, yang mendapat imbuhan –heit. Selanjutnya kata verba gelegen adalah derivasi dari kata dasar legen yang mendapat prefiks ge-. Dan kata dasar legen adalah kata dasar infinitif dari leg yang mengalami proses infleksi dengan penambahan sufiks –en.
Jadi pembentukan kata Gelegenheit hampir mirip dengan pembentukan kata Anlegenheit yang juga mengalami proses derivasi dan infleksi kata.
Dan kata yang terakhir adalah auszureißen.
auszureißen= derivasi
ausreißen zu
(derivasi) (fugen/infiks)
aus reißen
(prefiks) (infleksi kata verba infintif)
reiß -en
(kata dasar verba) (sufiks konjugasi)
Kata auszureißen dibentuk karena terjadi proses derivasi pada kata ausreißen dengan penambahan zu sebagai infiks. Selanjutnya kata ausreißen mengalami derivasi dari kata verba reißen yang mendapat prefiks aus. Dan akhirnya kata reißen adalah kata verba yang mengalami infleksi sufiks -en dari kata dasar reiß.
Jadi kata auszureißen terbentuk karena proses derivasi dan infleksi.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada artikel berita ”Haftbedingungen” tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kebanyakan kata dalam bahasa Jerman dibentuk dari proses derivasi kata yang juga dapat mengalami proses infleksi secara bersamaan. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Jerman adalah bahasa yang produktif karena dapat menghasilkan kata-kata baru dengan proses derivasi melalui penambahan afiks maupun melalui penggabungan dua kata (komposisi).
DAFTAR PUSTAKA

Katamba, Francis.
1993. “Morphology”. London: The Macmillan Press Ltd.
Putrayasa, Ida Bagus.
2008. ”Kajian Morfologi: Bentuk Derivasional dan Infleksional”. Bandung: PT. Refika Aditama.
Trawiński, Beata.
2010. ”Einführung in die slawische Sprachwissenschaft Morphologie (Wortbildung und Wortformbildung)”. Wien: http://homepage.univie.ac.at/beata.trawinski/teaching/10ss/intro-ling/20100517.pdf (diakses tanggal 20 Januari 2011).

Verhaar, J.W.M.
2008. ”Asas-Asas Linguistik Umum”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http://www.amorphe-welt.de/ldv/hpsg/hpsg_praes.pdf (diakses tanggal 25 Januari 2011).

http://www.dw-world.de/dw/article/0,,5801608,00.html (diakses tanggal 25 Januari 2011).

Tidak ada komentar: